TIMES MATARAM, MATARAM – Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dian Sandi Utama, angkat bicara terkait polemik dugaan ijazah palsu Joko Widodo (Jokowi). Ia menyatakan keprihatinannya atas serangan yang terus-menerus dilayangkan kepada Presiden RI ke-7 itu dan menegaskan keyakinannya bahwa ijazah Jokowi asli.
"Saya hadir dalam persoalan ini karena prihatin, Jokowi diserang terus selama bertahun-bertahun," kata Dian Sandi Utama, Selasa (6/5/2025).
Dian Sandi mengaku memutuskan untuk turut serta dalam pembelaan kepada Jokowi setelah melakukan kajian berdasarkan pendekatan ilmiah dan sejarah.
Ia mempublikasikan foto ijazah Universitas Gadjah Mada (UGM) milik Jokowi di media sosial pribadinya sebagai bentuk klarifikasi kepada publik.
"Apa yang saya lakukan dengan memposting ijazah UGM Jokowi di media sosial milik saya berdasarkan pendekatan sejarah, mengumpulkan bukti serta data dan bertemu dengan saksi-saksi yang masih hidup," jelas politikus muda asal Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat ini
Dian Sandi menjelaskan bahwa pendekatannya tidak hanya berdasarkan narasi semata, tetapi juga pendekatan historis hingga sosiologis dalam menelusuri kebenaran dokumen tersebut.
"Terpenuhi semua unsur pendekatannya secara keilmuan, karena basis argumentasi saya bukan sekadar pendekatan narativisme, tapi ada pendekatan historis sampai sosiologis dalam membuka persoalan ini," paparnya.
Setelah melalui proses panjang tersebut, Dian Sandi menyatakan keyakinannya bahwa ijazah Jokowi adalah dokumen asli.
"Baru kemudian saya beranikan diri untuk mengatakan: saya yakin ijazah Pak Jokowi asli," tegasnya.
Sebagai pendukung Jokowi sejak Pilpres 2014 hingga 2019, Dian Sandi mengungkapkan kecintaannya kepada sang presiden dan menolak segala bentuk fitnah yang ditujukan kepada Jokowi.
"Saya mencintai Pak Jokowi, saya pendukung beliau 2014-2019. Saya tidak ingin beliau difitnah dan saya berharap kita semua tetap hormat. Beliau adalah Presiden RI ke-7," ujar Dian.
Ia pun mengajak seluruh pihak untuk menyikapi isu ijazah ini dengan penuh kehormatan dan tanggung jawab, bukan dengan tuduhan sembarangan.
"Perdebatan kita tentang ijazah ini juga harus dibawa dengan penuh kewibawaan. Narasi-narasi yang kita ucapkan semestinya dari awal harus diucapkan dengan penuh kehati-hatian. Tidak langsung judge bahwa ijazah tersebut palsu, lebih-lebih itu menurut mereka basic-nya scientific," kata Dian Sandi Utama. (*)
Pewarta | : Anugrah Dany Septono |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |