TIMES MATARAM, MATARAM – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah membangun bank benih rumput laut untuk untuk memperbaiki sektor hulu budi daya rumput laut yang kini terkendala kurangnya bibit unggul.
Kepala Pusat Riset Bioindustri Laut dan Darat BRIN, Fahrurozi, mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki sekitar 900 jenis rumput laut. Namun, hanya enam sampai sembilan jenis yang saat ini umum dibudidayakan secara komersial.
“Berbagai jenis rumput laut sedang kami koleksi untuk kami usahakan agar bisa dibudidayakan,” ujarnya saat ditemui di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Rabu (9/4/2025).
Dalam proses pengumpulan tersebut, BRIN menargetkan tiga jenis rumput laut untuk hilirisasi, yakni Caulerpa lentillifera atau dikenal sebagai anggur laut, Ulva lactuca atau rumput laut hijau pipih, serta jenis ganggang merah dari genus Halymenia.
Yang menarik, Halymenia memiliki potensi signifikan dalam menurunkan emisi gas metana. Rumput laut merah ini secara alami menyerap gas metana, yang dikenal sebagai salah satu penyumbang utama pemanasan global. Jenis ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak untuk mengurangi emisi gas yang dihasilkan oleh hewan sapi.
Namun, selama ini Indonesia masih bergantung pada bibit rumput laut merah impor dari Filipina. Bibit tersebut umumnya tidak bisa dikembangbiakkan secara alami karena tidak menghasilkan spora yang bisa dibuahi, sehingga menyulitkan pengembangan skala besar.
Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Bioindustri Laut dan Darat BRIN, Wahyu Purbiantoro, menjelaskan bahwa riset mendalam terhadap rumput laut merah akan dimulai pertengahan tahun 2025. Lokasi penelitian sekaligus bank benih rumput laut ini berada di kawasan Pusat Riset Bioindustri Laut dan Darat BRIN di Lombok Utara, NTB.
Wahyu berharap melalui pembentukan bank benih, maka jenis rumput laut merah yang nantinya dapat dikomersialkan bisa terkoreksi, terutama yang dapat ditemukan di alam Indonesia.
“Kami mencoba varietas asli Indonesia yang berasal dari alam. Untuk sementara ini kami mau coba cari di Pulau Lombok dan Sumbawa, tetapi ke depan mungkin area bisa diperluas,” jelas Wahyu. (*)
Pewarta | : Antara |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |