Kopi TIMES

Pancasila, Dialog dan Solusi Persatuan Indonesia

Kamis, 28 Januari 2021 - 07:13
Pancasila, Dialog dan Solusi Persatuan Indonesia Joko Yuliyanto, Penggagas Komunitas Seniman NU. Penulis Buku Kaum Minor. Aktif menulis opini di Media Daring.

TIMES MATARAM, JAKARTAPancasila sebagai ideologi pemersatu bangsa sudah diakui dalam sejarah perjalanan negara Indonesia. Tantangan di era globalisasi adalah bagaimana meningkatkan peran Pancasila sebagai strategi pengembangan budaya nasional. Bangsa Indonesia sudah memiliki wawasan dan pengalaman kebangsaan yang dianggap berhasil mengatasi problematika internal kebangsaan. Di sisi lain, Indonesia masih kesulitan beradaptasi dengan pengaruh budaya dari luar. 

Soerjanto (1992) menunjukkan salah satu peranan pancasila yang paling menonjol sejak permulaan penyelenggaraan negara Republik Indonesia adalah fungsinya dalam mempersatukan seluruh rakyat Indonesia menjadi bangsa yang berkepribadian dan percaya pada diri sendiri.

Setiap sila dalam pancasila mengandung nilai-nilai yang diabstraksi dari pengalaman hidup bangsa Indonesia. Kemudian dari pengalaman hidup tersebut harus benar-benar teruji dalam sejarah perjalanan bangsa yang bersangkutan. Demikian halnya dengan Pancasila yang diangkat dari pengalaman panjang sejarah dan budaya bangsa Indonesia. Pancasila telah memberikan inspirasi, dasar dinamika, dan vitalitas kehidupan bagi bangsa Indonesia.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai pengejawantahan dari berbagai agama yang tumbuh dan berkembang di Indonesia. Diksi “Yang Maha Esa” merupakan tolok ukur mengenai penarikan garis batas yang tegas antara agama yang diakui dengan agama yang tidak diakui oleh negara, yakni penekanan pada aspek keesaan. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab dimaksudkan untuk menampung ide-ide kemanusiaan (humanity) yang dikembangkan di Indonesia dalam wawasan yang bersifat universal.

Sila Persatuan Indonesia (nasionalisme) menjadi upaya bangsa untuk mengikat keberagaman dalam kesatuan yang kokoh, sehingga konflik berubah menjadi rahmat. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan (demokrasi) merupakan salah satu karakteristik yang coba digariskan untuk membedakan antara demokrasi Pancasila dengan demokrasi lain (misalnya demokrasi komunis, kapitalis, maupun liberal).

Demokrasi Pancasila lebih menekankan pada segi musyawarah untuk mencapai mufakat, bukan didasarkan atas voting, walaupun dalam aktualisasinya tidak dipungkiri sama sekali. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan cita-cita yang digariskan oleh para pendiri negara. Keadilan sebagai titik omega atau cita-cita ideal mengandung dimensi moral yang memerlukan perjuangan terus menerus, tanpa mengenal titik henti.

Proses Berdialog

Dialog adalah cara berkomunikasi secara mendalam yang mempunyai tingkat kualitas tinggi. Mencangkup kemampuan dalam mendengarkan serta juga saling berbagi pandangan antara satu sama lain. Berdialog berarti interaksi atau komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk melakukan percakapan atau pembahasan seputar topik tertentu.

Banyak aspek memerlukan proses dialog sebagai penyelesaiannya. Mengedepankan kepentingan bersama. Dalam agama ada kebenaran absolut yang tidak bisa ditawar dengan prasangka umatnya. Pengikut agama seringkali memperbutkan kebenaran relatif antarindividu dan kelompok untuk mempertahankan eksistensinya. Konflik dan perpecahan dalam tubuh persatuan disebabkan karena perbedaan kebanaran yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang. Kegagalan dalam menjaga persatuan adalah keengganan memahami kebenaran yang diyakini orang lain.

Kurangnya keinganan dan wadah berdialog untuk mencari tahu keyakinan atas kebenaran orang lain menyebabkan gejolak di masyarakat dan media daring. Pengikut yang terbiasa menyandarkan kebenaran kepada tokoh atau influencer, baik itu artis maupun ulama, sering menjadi konflik horizontal di tengah masyarakat. Muaranya adalah sikap skeptis kepada eksistensi kebenaran selain daripada dirinya. 

Manusia postmodernisme sering memperdebatkan kebenaran relatif. Dikotomi atas dualisme kebenaran dan keyakinan masing-masing indivudu tidak disadari kebanyakan orang telah menciptakan perpecahan di masyarakat. Melihat kebenaran kepada siapa yang bicara, bukan apa yang dibicarakan. Mencari-cari kesalahan orang lain karena melekatnya fanatisme pada kebenaran relatif kelompoknya.

Kemalasan mencari multi kebenaran di dunia menjadikan manusia bersikap radikal dan anarkis dalam berpendapat dan berperilaku. Orang-orang cenderung lebih menyukai kebenaran yang instan meskipun berpotensi ada kebenaran lain yang belum diketahui. Dampaknya adalah sikap menyalahkan orang lain atas pendapat dan kebijakannya.

Ruang berdialog harus mulai digalakkan untuk mengatasi perbedaan. Mengutamakan kebijaksanaan dalam menghargai kebenaran dan keyakinan orang lain. Pemaksaan kebenaran relatif atas dirinya sendiri hanya akan menimbulkan perpecahan dalam sendi pancasila. Persatuan Indonesia menghendaki adanya sikap toleransi yang bisa diamini melalui proses berdialog.

Media digital merupakan tantangan besar bangsa Indonesia karena merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penurunan intensitas berdialog. Lebih suka mengumbar perdebatan tanpa ada iktikad untuk mencari tahu kebenaran orang lain. Hasilnya, begitu ramai mengumbar pendapat atas kebenaran yang diyakini. Gemar mengumpat, mencaci maki, memamerkan kebencian karena ketidakcocokan kebenaran. Ketika diberikan pendapat atas kebenaran lain, mereka akan mengelak dan balik menyalahkan.

Setiap orang mempunyai kebenaran atas keyakinannya masing-masing. Pengaruh sosial budaya, lingkungan, dan pengalaman hidup akan membentuk prinsip manusia menjadi ideal dalam berkeyakinan. Budaya bangsa Indonesia yang mengedepankan adab harus menjadi kampanye dalam menghargai sebuah perbedaan. Solusinya adalah dengan berdialog, bermusyawarah.

Dibutuhkan kebesaran jiwa dalam menerima kebenaran yang lain meski kadang kontradiktif dengan kebenaran sendiri. Keputusan untuk berdialog dan bermusyawarah untuk mufakat harus menjadi agenda utama untuk mewujudkan persatuan. Jika masih kolot mengenai prinsip kebenaran individu, persatuan tidak akan pernah tercapai. Apalagi mencita-citakan pesan Pancasila yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

***

*)Oleh: Joko Yuliyanto, Penggagas Komunitas Seniman NU. Penulis Buku Kaum Minor. Aktif menulis opini di Media Daring.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta :
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Mataram just now

Welcome to TIMES Mataram

TIMES Mataram is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.